Artikel Populer

Selasa, 17 Maret 2009

Literasi Informasi 7 : Aplikasi The Big6 dalam pengajaran di sekolah

Dibagian akhir ini saya akan menjelaskan mengenai aplikasi model literasi Informasi The Big6, dalam dua jenis sekolah yang berbeda. Yang pertama adalah sekolah yang menggunakan kurikulum internasional, yaitu IB yang sangat menekankan karakteristik berpikir secara kritis dan analitis pada pola pengajaran siswanya.

Untuk contoh aplikasi yang pertama, penulis akan membagikan beberapa hal yang didapat dari pengalaman penulis sendiri ketika mengajar di Sekolah Pelita Harapan Karawaci yang menggunakan kurikulum IB, sebagai guru-pustakawan untuk siswa kelas menengah pertama dan atas. Selain itu, penulis juga memiliki pengalaman sebagai pengajar di sekolah internasional Stella Maris BSD juga menggunakan kurikulum IB. Penulis berharap dari contoh aplikasi ini didapatkan gambaran yang menyeluruh mengenai penggunaan model Literasi Informasi Big6 tersebut dalam pengajaran yang memiliki karakteristik penekanana yang berbeda-beda.

PENGGUNAAN MODEL LITERASI BIG6 DI SEKOLAH INTERNASIONAL

KURIKULUM IB

IB (International Baccalaureate) adalah sebuah program kurikulum internasional yang bisa didapatkan secara franchise bagi berbagai sekolah didunia. Kurikulum ini terdiri dari 3 program untuk siswa berumur 3 sampai dengan 19 tahun, yaitu Primary Years Program(untuk elementary dan primary school), MYP, yaitu Middle Years Programme (untuk siswa menengah pertama), dan IB-Diploma Programme (untuk siswa menengah atas). Program-program ini dibuat dengan penekanan kearah pembentukan intelektual, personal, emosional, dan keahlian social agar siswa dapat hidup, belajar, bekerja didalam dunia yang global ini (International Bacalaureate Organization, 2008).

Lebih lanjut dalam misinya, kurikulum IB mengedepankan cara berfikir kritis (baca:inquiring), dan menjadi “lifelong learners” dalam dunia global ini. Konsep Lifelong learners inilah yang harus di support dengan keahlian Literasi Informasi. Tujuan ini sejalan dengan tujuan yang dicanangkan oleh ALA (American Library Association), diawal rumusan konsep implementasi Literasi kedalam kurikulum pendidikan di Amerika dan dunia pada saat itu. Dengan adanya struktur kurikulum yang demikian, maka untuk mendapatkan izin menggunakan kurikulum ini, sebuah sekolah harus mengajukan permohonan, membayar biaya tertentu dan bersedia di akreditasi. Akreditasi tersebut dilakukan untuk memastikan kesanggupan dan kesiapan sekolah tersebut untuk menyediakan berbagai fasilitas dan sistem yang mendukung berjalannya kurikulum tersebut dengan baik dan lancer. Salah satu prasyaratnya adalah diajarkannya literasi informasi oleh guru-pustakawan (teacher Librarian).

Dalam prakteknya, Literasi Informasi akan lebih ideal apabila dilakukan secara berkolaborasi antara guru-pustakawan dengan guru kelas. Hal ini untuk membuat kegiatan literasi tersebut menjadi satu hal yang tidak hanya bersifat teoritis, melainkan juga dapat dipraktekkan secara praktis dan terpadu dengan berbagai pelajaran dalam kurikulum tersebut.

SPH KARAWACI.

Literasi Informasi yang dilaksanakan di SPH Karawaci pada saat penulis menjadi guru-pustakawan adalah dengan langsung berkolaborasi dengan guru-guru kelas di jajaran middle school. Mata pelajaran yang paling sering bisa diajak berkolaborasi adalah mata pelajaran bahasa, baik bahasa Inggris, maupun bahasa Indonesia. Guru pustakawan bersama dengan guru bahasa, merencanakan beberapa kali pertemuan(kunjungan siswa ke perpustakaan) untuk diberikan konsep Big6 dan beberapa keahlian literasi informasi yang akan digunakan dalam menyelesaikan “project” bersama. Misalnya, project bersama yang disepakati adalah : anak harus membuat brosur travel berwarna. Maka untuk menyelesaikan project tersebut, siswa akan diberikan beberapa sesi sbb:

- Sesi 1 : penjelasan apa itu the Big6 dan pentingnya untuk mengerjakan project brosur travel tersebut.

- Sesi 2 : Siswa diberi penjelasan mengenai apa itu topic, research question secara sederhana, dan diberi penjelasan mengenai cara mencari sumber-sumber informasi yang dibutuhkan untuk membuat brosur tersebut. Misalnya cara menggunakan search engine, menggunakan ensiklopedia, kamus, dan sebagainya.

- Pertemuan berikutnya adalah evaluasi aplikasi pelaksanaan Big6 (step 1-3) dalam pembuatan brosur tersebut.

- Sesi 3 : siswa diberi sesi penggunaan informasi. Misalnya cara merangkum, membuat paraphrase, mengutip sumber-sumber foto, peta, dsb.

- Sesi 4 : Siswa diberi penjelasan bagaimana membuat outline dari brosur tersebut dan mengorganisasikan berbagai informasi yang telah didapatkan sehingga menjadi satu brosur travel.

- Pertemuan berikutnya dilakukan di lab computer, untuk menyatukan berbagai sumber informasi menjadi sebuah brosur travel.

- Sesi 5 : siswa dijelaskan apa yang harus dievaluasi baik dari hasil brosur tersebut, maupun proses pembuatan brosur tersebut.

Penilaian terhadap project tersebut dilakukan oleh 2 pihak sekaligus. Produk (yaitu brosur), baik dari segi isi dan kualitas dinilai oleh guru. Sedangkan untuk proses, dengan mengikuti semua langkah dari model literasi informasi Big6, dinilai oleh guru pustakawan dengan menggunakan kertas kerja siswa yang berisi petunjuk dan panduan bagi siswa untuk bekerja secara sistematis. Karena sifatnya adalah pengawasan proses dari aplikasi, maka untuk tiap langkah yang berhasil diselesaikan siswa, guru-pustakawan memberikan catatan atau persetujuan bahwa langkah tersebut sudah selesai dan ditandatangani oleh guru pustakawan.

Dengan kolaborasi ini maka model literasi ini dapat diterapkan di hampir setiap level kelas pada pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Selain itu penulis juga diminta untuk memberikan sesi TOT(Training of Trainer) mengenai Big6 kepada guru-guru yang ditunjuk untuk memberikan pengajaran ini, sehingga nantinya Model literasi Informasi ini dapat diterapkan di semua bidang mata pelajaran yang diberikan, secara terintegrasi.

STELLA MARIS SCHOOL

Tahun 2005-2007 merupakan saat yang berharga bagi penulis untuk membangun kelas Literasi Informasi yang mandiri di sekolah Stella Maris International School. Saat itu penulis benar-benar dilibatkan dalam implementasi kurikulum IB yang pertama kali di sekolah Stella Maris. Untuk menjadi sekolah dengan menggunakan kurikulum IB, maka sekolah Stella Maris juga harus di akreditasi awal oleh tim dari IB wilayah Asia Pasifik, yang berpusat di Singapore.

Guru Pustakawan menjadi salah satu persyaratan dalam akreditasi ini. Selain itu mereka juga melihat program-program guru-pustakawan dalam mendukung Literasi Informasi di Sekolah yang akan di buka ini.

Karena itu penulis diberi kesempatan oleh tim akademis Sekolah Stella Maris untuk mengajar para siswa di kelas X, yang berstatus pre-IB (IB mulai di kelas XI), untuk mengajarkan Literasi Informasi, yang disekolah tersebut disebut sebagai mata pelajaran (Extended Essay Preparation).

EE (Extended Essay) adalah tugas akhir yang harus diserahkan oleh semua siswa IB di kelas XII, sebagai syarat kelulusan. Tugas ini adalah “tugas paling menantang” dari keseluruhan tugas yang diberikan di kelas XII. Tugas esai yang diberikan ini berupa esai yang terdiri dari 4000 kata, merupakan tinjauan yang sederhana dengan cakupan yang kecil namun harus dibuat dengan pemahaman dan riset yang dalam. Sekilas, tugas EE tidak ada bedanya dengan skripsi tingkat sarjana. Yang membedakannya hanya masalah panjang karangan yang tidak boleh lebih dari 4000 kata.

Dikelas itulah penulis mengajarkan berbagai macam metode, praktek, kolaborasi dengan mata pelajaran lain, yang berkaitan dengan literasi informasi. Jam pelajaran yang diberikan kepada penulis adalah 2 sks se minggu, mengingat selain sebagai pengajar EE, penulis juga merupakan coordinator CAS(Creativity, Action and Service) bagi siswa IB, dan juga bertindak sebagai kepala perpustakaan pusat dari 2 perpustakaan di kampus tersebut.

Dalam 2 semester, penulis memberikan antara lain beberapa keahlian literasi informasi seperti:

Semester 1

  1. Learning styles
  2. Big6
  3. Topik dan Research Questions (berkaitan dengan langkah 1 Big6)
  4. Pengenalan sumber-sumber infomasi (langkah ke 2 Big6)
  5. Note taking (tehnik mencatat)
  6. Tehnik presentasi (project presentasi powerpoin)
  7. Presentasi Project tulisan 1000 kata( di sidangkan didepan semua guru IB).

Semester 2

  1. Internet research (internet literacy)
  2. Web evaluation
  3. Tehnik membaca efektif (SQ3R)
  4. Plagiarism dan model sitasi
  5. Tehnik menulis dan membuat outline
  6. Evaluasi
  7. Presentasi project tulisan akhir 2500 kata (di sidangkan didepan semua guru IB)

Dalam masa 2 tahun yang berharga ini penulis sangat beruntung karena kelas EE preparation ini dijadikan sebagai objek yang diteliti dalam skripsi salah satu mahasiswa Fakultas Sastra, Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Universitas Indonesia, yaitu saudari Nabila Azhar yang membahas mengenai pengaruh Program Information Literacy(model Big6) dalam penulisan esai pada siswa kelas XI IB di Sekolah Stella Maris International School.

Dari penelitian tersebut dibuktikan secara kwalitatif, bahwa terdapat perbedaan kualitas pada siswa-siswa IB Grade XI di Sekolah Stella Maris, dalam mengerjakan tugas esai mereka. Berbagai keahlian yang tercatat dalam Literasi Informasi, sudah dapat tercakup dan digunakan dalam kegiatan penulisan esai mereka. Mereka sudah memiliki pemahaman mengenai pembuatan Research Question, internet literacy, Web evaluation, Outlining, dan evaluation. Tentunya, penguasaan model ini akan berdampak positif dalam peningkatan mutu belajar mereka di sekolah. (Azhar, 2007)

1 komentar:

  1. trims atas informasinya..skalian bertanya pak, ada ga pedoman penilaian untuk mengukur kemempuan siswa dalam menerapkan "the big 6"?

    BalasHapus