Artikel Populer

Senin, 16 Maret 2009

Literasi Informasi 2 : Pendidikan dan era informasi

PENDAHULUAN

Pendidikan di berbagai belahan di dunia saat ini bersifat progresif. Progresif berarti maju dan berpindah dari pendidikan dengan pola yang lama kepada pola baru yang lebih dinamis. Tentunya perubahan tersebut tidak begitu saja terjadi, namun sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia yang begitu cepat. Perubahan dan perkembangan didunia yang saat ini dirasakan sangat cepat adalah perubahan kepada era tekhnologi dan informasi. Perubahan dimana tehnologi membuat “dunia ini seakan datar” telah memaksa banyak orang untuk menjadi semakin pintar dalam menggunakan berbagai “gadget” yang dapat mempersingkat serta memotong jarak untuk berkomunikasi. Berbagai alat yang mengandalkan teknologi informasi banyak sekali bermunculan. Dari teknologi alat pandang dengar(Audio Visual), sampai dengan alat komunikasi jarak jauh seperti teknologi seluler dan video seluler. Alat navigasi untuk memetakan serta menandai arah(GPS)pun saat ini sudah terkompilasi dengan berbagai “device” komunikasi. Semuanya menjadi semakin berupa “multi purpose device” dan “handy device”.
Maka tidaklah heran jika ilmu dalam bidang yang berhubungan dengan teknologi komunikasipun saat ini menjadi sangat diminati orang. Hal itu terlihat dari semakin banyaknya universitas atau akademi yang menawarkan program-program bidang peminatan komputer, multimedia atau komunikasi.

Hal kedua yang menjadi momentum perubahan dunia saat ini adalah era informasi. Saat ini kita baru saja berpindah dari sebuah era lama ke era yang lebih baru yang dinamakan dengan “Information age”. Era baru ini bermula dari dikembangkannya teknologi informasi. Dimulai dari tahun 1875 dengan ditemukannya telpon, maka orang dapat memperpendek jarak dan mengirimkan suara. Antara tahun 1910 dan 1920 stasiun radio dengan menggunakan frekwensi AM mulai disiarkan. Pada tahun 1940 televisi pertama menggabungkan suara dan gambar untuk dipresentasikan pertama kali. Tahun 1943 komputer elektronik pertama lahir. Namun hanya dengan adanya mikrokomputer yang lahir tahun 1970, maka computer dapat digunakan oleh publik secara masal. Tahun 1990-an Internet bermigrasi dari penggunaannya yang hanya untuk keperluan riset universitas kepada penggunaan kantor korporat dan rumah(Lallana, 2003).

Kedua hal itulah yang saat ini mendorong perubahan arah pendidikan. Pendidikan satu arah, dimana guru berperan sebagai narasumber dan memberikan semua informasi mengenai pelajaran tertentu sudah banyak ditinggalkan. Dengan adanya teknologi informasi, maka semakin banyak sekolah yang menerapkan metode konstruktivisme, dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator bagi siswa untuk menemukan informasi secara mandiri, dan menggunakan berbagai informasi tersebut untuk membangun konsep serta pengertian keilmuannya.

Sebenarnya semangat tersebut sudah terlihat ketika kita mencermati UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disitu dikatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan Nasional adalah mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga Negara yang bertanggung jawab. Selain itu, prinsip dasar pendidikan Nasional adalah untuk mewujudkan manusia pembelajar seumur hidup (independent learner). Dari situ sebenarnya kita melihat bahwa tujuan dan prinsip pendidikan nasional kita sebenarnya sudah mengadaptasi perubahan dan perkembangan teknologi informasi tersebut. Konsep pembelajar seumur hidup sebagai contohnya, hanya dapat terwujud jika siswa sejak dini sudah dibiasakan untuk dapat belajar secara mandiri, mencari informasi secara mandiri, menggunakannya, serta mengevaluasinya. Jika siswa dapat menggunakan metode ini untuk belajar, maka pastilah mereka akan senantiasa belajar bertanggungjawab dalam segala hal, karena mereka tidak lagi belajar karena diperintahkan oleh guru, atau orang tua. Tapi mereka akan sanggup untuk belajar kapan saja, dimana saja, bahkan tanpa tutor sekalipun.

Dengan konsep yang demikian, maka tentunya visi pendidikan sampai tahun 2025 yang tercantum dalam UU Pendidikan Nasional akan dapat perlahan dicapai, yaitu menghasilkan insan cerdas dan kompetitif(insan kamil/ insan paripurna). Hal ini tentunya akan sejalan dengan kondisi dunia yang saat ini menganut faham globalisasi, dimana semua orang dapat bersaing secara masal, dan tidak dipisahkan lagi oleh sekat-sekat wilayah dan waktu.

Karena system pendidikan yang demikian, maka banyak bermunculan sekolah- sekolah yang menawarkan konsep belajar mandiri dengan mengacu pada prinsip-prinsip pendidikan di luar negeri, seperti kurikulum IB(International Baccalaureate), HSC (High School Curriculum dari New South Wales), Singaporean curriculum, atau Cambridge curriculum. Walaupun memiliki ciri yang berbeda, namun kurikulum-kurikulum tersebut sangat menonjolkan nuansa kemandirian siswa dalam belajar.

Dalam kaitannya dengan kondisi belajar yang demikianlah, maka sudah seharusnya keahlian Literasi Informasi menjadi sesuatu yang sangat utama dibutuhkan untuk diajarkan kepada siswa sejak dini, yakni sejak bangku elementary school.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar